Simak panduan Rany untuk memelihara ketegaran mental dalam diri kita, juga sang buah hati

Bagaimana cara untuk menyampaikan dan menanamkan kasih sayang pada diri sendiri, sadar diri, hingga memaknai harga diri, serta merefleksikan diri dan menanamkan rasa welas asih pada diri sendiri.

Oleh Rany Moran

Berperan sebagai orang tua merupakan rutinitas paling rumit dan krusial di muka bumi ini. Penting disadari bahwa para orang tua adalah orang-orang yang pertama kali memberikan bimbingan bagi anak-anak mereka, dan diluar pelajaran akademis yang diajarkan, orang tua harus bisa menjadi teladan dan menanamkan perilaku yang baik dan mental yang kuat, karena bagaimanapun juga anak-anak akan menjadi cerminan orang tuanya di rumah. Tentunya ini bisa berdampak positif bagi anak-anak kita, tetapi jika tidak ditangani dengan tepat justru akan menjadi sebaliknya.

Inilah sebabnya mengapa ketegaran mental adalah sesuatu yang harus kita tanamkan dalam diri kita sendiri dan dengan demikian, anak-anak kita sejak usia dini sudah kita persiapkan kemampuan mentalnya bahkan sanggup mengatasi emosi, beradaptasi dan mampu dalam menghadapi kesulitan, trauma, kekacauan, serta tangguh di segala situasi walaupun dihadapkan dengan stress dan dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat.

Meskipun tidak ada sekolah formal untuk menjadi orang tua, namun beberapa hal berikut dapat membantu memelihara ketegaran mental, dan menanamkan semua sifat yang diperlukan yang berdampak pada kehidupan yang positif: kasih sayang, memahami hingga memaknai harga diri, serta merefleksikan diri dan menanamkan rasa welas asih pada diri sendiri:

1. Belajar Menyayangi Diri Sendiri

Banyak orang tua yang terlalu keras pada diri sendiri — dan juga terhadap anak-anaknya. Seperti mengkritik diri, yang secara ilmiah justru membuat kita sebagai orang tua menjadi lebih lemah, yang disebabkan perasaan tak aman, cemas, defensif, dan terlalu kompetitif—yang kemudian menciptakan hambatan psikologis bagi seseorang untuk mencapai tujuan atau tugasnya. Pada sisi lain, menyayangi diri sendiri merupakan kekuatan dalam menghadapi kegagalan, dimana kita memperlakukan diri dengan kebaikan dan rasa hormat, sehingga ruang dan waktu untuk belajar dari kesalahan dan bangkit kembali dengan sudut pandang yang terang. Hal ini kemudian mengarah pada sikap lebih optimis yang terhubung dengan peningkatan kesejahteraan, kinerja, dan produktivitas bahkan setelah kita mengalami kegagalan.

Penting menanamkan rasa sayang maupun memupuk belas kasih diri kepada anak-anak, sebab ketika anak-anak mengalami kegagalan, tidak aman, atau merasa tidak percaya diri, kemungkinan tingkat emosional mereka semakin tinggi dan tinggi. Dengan memelihara welas asih pada diri sendiri, orang tua pada waktunya membangun ketahanan mental sehingga memiliki kekuatan batin.

Orang tua akan menanamkan kepada anak-anak bahwa mereka tidak hanya memberikan kepedulian dan memperhatikan orang-orang sekitar, namun secara esensial mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama atas kebaikan dan pemahaman diri. Inilah sebab orang tua harus terus memberikan contoh welas kasih dengan menjaga diri secara mental maupun fisik, dan tidak terlalu keras pada diri sendiri setelah melakukan kesalahan.

2. Selalu Sadar Diri

Kesadaran adalah proses ketika kita menjadi pengamat yang kritis terhadap diri sendiri dan dunia. Kesadaran diri dapat memberi kita keamanan, bimbingan, dan kebijaksanaan — ini adalah kunci untuk membuka pintu menuju perjalanan berkelanjutan dalam peningkatan diri, dan tujuan yang dapat dicapai.

Kesadaran diri memfasilitasi cara kita untuk melihat kesenjangan antara visi dan tindakan yang tidak selaras dengan visi tersebut (kesadaran dan observasi diri). Kita perlu memperluas cakrawala kesadaran pada setiap tingkat dengan menggunakan semua indera, tahu apa yang dilakukan, bertanggung jawab atas keputusan sendiri, hal ini membantu kita untuk memperbaiki diri dan meraih tujuan. Pencapaian yang nyata akan tercipta. Jika kesadaran kita rendah, kita bisa mengeliminasi opsi apa pun sebab kita tidak melihatnya. Lalu, kita akan menjadi kesal, marah, dan depresi sinis.

Berdasarkan penelitian, hanya 15% orang yang sadar pada diri sendiri sedangkan sisanya hanya berpikir. Berikut adalah langkah-langkah proses berpikir untuk membantu menilai tingkat kesadaran diri:

  1. Fokus pada kesadaran terhadap perasaan dan pikiran yang tidak nyaman

  2. Deskripsikan situasinya termasuk pikiran dan perasaan.

  3. Jelaskan apa yang terjadi, apa yang dipikirkan dan dirasakan, bagaimana saat menanggapinya dan apa yang telah diucapkan, dan apa yang ingin dicapai.

  4. Selanjutnya, evaluasi apa yang baik dan buruk mengenai pengalaman tersebut, bagaimana perasaan terhadap konsekuensi dari tindakan kita, apa yang ingin dicapai, dan apalagi yang bisa dilakukan.

  5. Jika hal itu muncul kembali, apa yang akan dilakukan? Langkah ini dapat membantu untuk memahami pengalaman demi masa depan.

  6. Analisa perasaan dan pengetahuan yang relevan dengan situasi, kemudian ubah asumsi, dan gali alternatif.

  7. Evaluasi relevansi pengetahuan—apakah menghadapi fakta yang dapat membantu menjelaskan atau meredakan masalah?

  8. Identifikasi masalah dan pelajaran yang didapat, lakukan aktivitas dengan pengalaman baru.

3. Kekuatan Harga Diri

Genuine and stable self-worth is based upon validating, affirming and valuing ourselves as we are. Self-worth is Harga diri yang murni dan stabil lahir berdasarkan pengakuan, penegasan, dan penghargaan diri apa adanya. Harga diri adalah fungsi hidup bermartabat, yang terlepas dari pencapaian apa pun. Prestasi bisa saja menjadi jebakan. Jika kita terlalu fokus untuk mencapai hal-hal yang lebih besar dan lebih baik hanya untuk merasa baik, maka kita akan menjadi pecandu kepuasan eksternal, bersandar pada aset atau objek, atau membandingkan diri dengan orang lain.

Bangga pada pencapaian bukanlah hal yang memalukan, terlebih jika itu hasil dari kerja keras dan dedikasi. Sukses bisa menjadi kekuatan bagi orang lain untuk berpacu menuju kesuksesan mereka sendiri. Namun, sebelum membagikan kesuksesan, pertanyakan apa yang memotivasi diri untuk mendapatkan kesuksesan. Apakah kita mencari pengakuan dari orang tertentu? Apakah tujuan kita untuk membuat mereka terkesan atau bahkan merasa malu? Jika mengetahui orang-orang tersebut sedang mengalami kesulitan, tundalah berbagi kesuksesan. Kebanggaan yang berpusat pada diri sendiri (egosentris) memiliki tempat kecil dalam pengembangan hubungan yang sehat dan jauh dari harga diri yang tinggi.

Timbal balik yang positif dapat memelihara hubungan, memupuk kerja sama dan kepercayaan. Membantu orang lain pun bisa meningkatkan harga diri dan membuat diri merasa baik. Timbal balik adalah fungsi masyarakat, konvensi sosial yang didukung oleh penghormatan individu dan kesadaran bahwa tidak baik juga jika terus-menerus memanfaatkan sifat baik dan kemurahan hati orang lain.

4. Inisiatif Refleksi ke dalam diri sendiri

Refleksi dapat membantu kita untuk mengevaluasi masalah lebih dalam, menantang atau menyanggah keyakinan yang kita miliki saat ini, dan mencegah kita menerima sesuatu begitu saja. Ketika kita mengambil waktu dan ruang untuk menilai situasi secara mendalam, itu membantu kita menghubungkan — atau mengatasi — perasaan dan emosi yang mendasari, yang berguna jika kita bermaksud untuk mengubah strategi, membuat pilihan yang berbeda di masa depan, atau menghindari kesalahan agar tidak terulang kembali. Refleksi bagi kita untuk menganalisis diri kita sendiri dengan kejelasan dan memberikan pertimbangan mendalam terhadap apa yang kita lihat — untuk fokus pada belajar dari pengalaman dengan mengamati reaksi emosional, menantang keyakinan (belief), dan menguji norma-norma individu. Kebanyakan dari kita tidak kritis mengenai hal ini karena bentukan dari masa kecil.

Kapasitas mengevaluasi ulang inilah yang membantu seseorang untuk terus tumbuh dan beradaptasi dan berkembang, daripada tetap terjebak dalam siklus koping,atau siklus penyesuaian diri yang otomatis / tidak disadari.

Tanpa refleksi, kita terus bereaksi secara impulsif dengan cara kita sendiri sehingga menghasilkan hasil yang lebih tidak terduga, atau bereaksi terlalu aman dan gagal mencapai sesuatu yang lebih besar dari apa yang sudah kita dapatkan. Orang-orang kemudian merasa sulit untuk menemukan sesuatu yang baru dan menarik, terutama ketika hidup mereka menjadi nyaman bagi mereka. Setiap situasi harus menjadi kesempatan untuk belajar: Refleksi ke dalam diri sendiri merangsang Anda untuk berpikir kreatif dengan mengambil pendekatan bertanya, untuk menemukan cara menganalisis situasi sambil terlibat di dalamnya, untuk mengevaluasi kembali dan menyelesaikan situasi melalui metode yang berbeda. Dengan mengeksplorasi pendekatan alternatif, Anda akan dihadapkan pada lebih banyak pilihan (baik benar maupun salah), dan akan mampu membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat di masa depan.

5. Pentingnya “self-kindness”

Baik terhadap diri sendiri (self-kindness) sangatlah penting untuk mengubah cara Anda memandang dan menghabiskan waktu. Bersedialah untuk mempelajari hal-hal baru dan berikan diri Anda ruang yang Anda butuhkan untuk pertumbuhan pribadi yang bermakna. Anda dapat mulai dengan menciptakan waktu setiap hari untuk pengayaan diri, memberikan perhatian penuh terhadap hal-hal yang sedang anda lakukan dan lakukan hal kecil yang Anda sukai, yang biasanya Anda tunda sampai akhir pekan. Meskipun jam kerja Anda panjang dan memakan waktu, usahakan untuk memberikan peluang untuk memanjakan diri Anda dengan sesuatu yang bermakna dan memuaskan. Tindakan perawatan diri dapat membuat perbedaan nyata, membuat Anda merasa nyaman dengan diri sendiri setiap hari (tidak hanya di akhir pekan). Jika Anda memberi ruang dalam hidup Anda untuk hal-hal yang membawa kegembiraan, kedamaian, dan kepuasan, Anda akan cenderung merasakan perasaan yang lebih baik secara keseluruhan.

Previous
Previous

4 Cara COVID-19 mempengaruhi hidup anda baik psikis dan emosi, dan 9 cara untuk menghadapinya

Next
Next

Hubungan saling menghormati: Seni memberi & menerima (timbal balik positif)